Kamis, 24 Januari 2019

Ibadah

oleh Dr. Widya Eka Nugraha,

February 10, 2014

Sebagai seorang dokter saya dididik untuk menjadi seorang perfeksionis. Semua

yang dilakukan dalam kerangka kerja seorang dokter haruslah sempurna, tidak boleh

salah sedikit pun. Bahkan dalam soal bahasa pun juga begitu. Ketika menyebut nama

suatu organ misalnya, tidak boleh keliru satu kata pun.

Termasuk istilah granulationes arachnoidea Pacchioni.

Demikian juga di dalam laboratorium. Tidak boleh ada kesalahan sepele seperti

menyentuh leher botol. Apalagi kesalahan fatal seperti lupa cuci tangan dengan

bersih. Semua itu dilakukan untuk menghindarkan kontaminasi. Kesempurnaan

terutama dituntut ketika menyangkut tindakan terhadap tubuh manusia, seperti

menjahit, operasi ringan, dan sebagainya.

Nah, yang menarik adalah ketika selesai berurusan dengan laboratorium, saya

menunaikan sholat. Selang beberapa rakaat, tiba-tiba Deg! Saya lupa. Ini sudah

rakaat ke berapa ya?

Setelah peristiwa itu saya jadi merenung, kenapa kalau urusan duniawi, saya bisa

demikian bersungguh-sungguh dan berkonsentrasi. Sementara, ketika berhadapan

dengan Tuhan, bisa-bisanya lupa dan tidak konsentrasi?

BACA SELANJUTNYA DI https://sehatindonesia.id/2018/12/03/ibadah/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar